Berguru Pada IBLIS - Oleh : Tegak Lurus Ke Langit

Memang benar pepatah yang mengatakan, kenalilah musuhmu sebaik mungkin. Maka engkau akan mampu mengunggulinya. Kenal saja tidak cukup, maka bertemanlah, lanjutkan bersahabat, bahkan berguru hingga engkau paham.....

Kalau kita runut kembali, siapakah iblis atau setan itu.
Menurut pelajaran agama yang pernah saya peroleh dulu, iblis atau setan adalah makhluk Tuhan yang tidak mau bersujud kepada nabi Adam ketika Tuhan berkehendak atas itu. Mereka lalu dikutuk dan bersumpah untuk menggoda manusia agar tidak mengikuti perintah dan tuntunan dari Tuhan.

Jika memang benar seperti itu kejadiannya, maka iblis merupakan makhluk dengan tingkat determinasi dan konsistensi yang sangat tinggi. Terbukti sejak jaman nabi Adam masih di surga sampai detik ini ketika manusia mengais rejeki di dunia mereka masih tetap konsisten melaksanakan janji dan sumpah yang pernah mereka ucapkan tanpa mengenal lelah.

Mereka adalah contoh yang sangat hebat jika berbicara tentang kerja keras yang tidak kenal lelah serta kerja yang terstruktur serta sistematis selama beribu-ribu tahun dengan berbagai objek manusia yang selalu datang silih berganti di dunia.

Sistem kerja mereka terbukti sangat bagus dan menghasilkan banyak sukses dengan membuat manusia menjadi kesetanan dan kemudian melupakan Tuhan.

Bagi saya, iblis tidak pernah memaksa manusia ketika di dunia, yang bisa memaksa manusia di dunia adalah manusia yang lainnya. Tidak pernah sekalipun saya tahu kalau Allah.SWT memaksa manusia untuk menyembahNya. Ataupun iblis yang memaksa manusia untuk melakukan kejahatan, mencuri misalnya.

Iblis hanya menawarkan pilihan dan manusia kemudian mempunyai kekuasaan untuk memilih. Jika manusia memilih untuk menerima tawaran dari iblis, maka berdosalah dia dari sudut pandang Tuhan. Lalu bagaimana dengan iblisnya? Apakah dia juga berdosa karena manjerumuskan manusia dalam dosa?

Pada konteks ini, iblis seharusnya mendapatkan point sukses atas pekerjaanya dan statusnya sebagai iblis yang perkerjaannya memang menggoda dan menjerumuskan manusia, dan mungkin saja dia akan mendapatkan reward dari komunitas iblis dan mungkin juga akan naik pangkat.

Jika kemudian manusia memilih untuk tidak menerima tawaran iblis, manusia bukannya kemudian akan lepas dari usaha dan jeratan iblis. Mereka akan bekerja lebih keras dan memberikan tawaran yang lebih tidak bisa ditolak dan akan begitu terus sampai manusia kemudian tersandung, terjerembab dan kemudian jatuh ke pelukan iblis.

Lalu apa untungnya buat manusia? Manusia akan menjadi semakin tangguh dan kuat seiring dengan goda dan tipu daya yang dilancarkan oleh iblis kepadanya selama dia dapat bertahan untuk tidak terjerat atasnya.

Bila selama ini iblis selalu kita jadikan kambing hitam atas kegagalan - kegagalan dalam menempuh jalan Allah SWT, ada baiknya sekali - kali iblis kita jadikan kambing putih yang bersifat supporting kompleksitas percontohan hubungan mahluk dengan Khaliknya.....Lho.........! ?

Kambing putih berarti sebuah pengorbanan, sebuah wasilah. Sebuah pengganti diri atau pion martir. Bisa bermakna tangga yang harus diinjak - injak agar kita sampai pada puncak tertinggi.

Seakan - akan iblis berkata secara tersirat kepada kita " Hai manusia, pakailah kejadian pengajaranku. Aku adalah perangkat Tuhan yang diciptakan sebagai tanda terbesar yang pernah ada. Bila engkau tak mampu membaca tandaku, berarti engkau tak kenal ilmuku. Maka gagallah engkau sebagai hamba Allah SWT."

Iblis adalah makhluk yang dikutuk selamanya oleh Allah Subhaanahu wa ta’alaa. Hal itu bermula dari satu peristiwa, yakni tatkala Allah memerintahkan kepadanya untuk sujud kepada Adam ‘alaihissalaam.

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.( Al Baqarah : 34)

Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah,. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?.” Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, (As-Shad: 71 - 77)

Dalam Al Baqarah : 34, Allah telah mensifati Iblis sebagai orang kafir, hanya karena dia tidak mau menuruti perintah untuk sujud kepada Adam ‘alaihissalaam.

Padahal, tidak seperti halnya Fir’aun, Iblis bukanlah makhluq yang mengingkari bahwa Allah merupakan Dzat yang Maha Pencipta. Hal itu jelas terlihat dari perkataan Iblis yang disitir Allah dalam surat Shaad ayat 76, artinya: “Engkau (Allah) telah menciptakan aku (Iblis) dari api, dan Engkau ciptakan dia dari tanah”.

Dari peristiwa ini timbul pertanyaan: “kalau begitu apakah orang yang meninggalkan perintah Allah secara sengaja itu bisa dianggap orang kafir?”. Maka kita harus hati-hati dalam hal ini, supaya tidak melakukan pengkafiran secara sembrono.

Jika peristiwa kekafiran Iblis ini kita telaah lebih dalam, maka kita akan mengetahui bahwa Iblis menolak sujud kepada Adam karena satu alasan, yaitu bahwa ia merasa lebih baik dari Adam.

Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?.” Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Dengan jawaban Iblis itu kita jadi tahu, bahwa Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam karena dia menganggap bahwa perintah itu merupakan suatu perintah yang salah, tidak layak ditujukan kepadanya.

Menurut pandangan Iblis, tidak seharusnya Allah memerintahkan hal yang demikian. Perintah itu dianggap oleh Iblis sebagai suatu hal yang tidak beralasan, sekaligus merupakan suatu bentuk pelecehan terhadap harga dirinya sebagai makhluk yang terbuat dari api.

Jadi Iblis menganggap bahwa Allah telah memberi perintah untuk melakukan sesuatu yang tidak layak bagi dirinya. Berarti dalam pandangan Iblis, Allah telah melakukan suatu kesalahan.

Inilah yang membuat Iblis dianggap kafir oleh Allah. Sebab, tidaklah seseorang menganggap bahwa Allah telah melakukan suatu kesalahan kecuali orang-orang yang tidak percaya dengan keMahaBijaksanaan Allah.

Bukankah Allah adalah Dzat yang Maha Pencipta, Maha Tinggi, Maha Adil, Maha Tahu, Maha Bijaksana, yang jauh dari kesalahan sekecil apa pun? Lantas kenapa Iblis berani mengajukan argumen untuk mendebat keputusan Allah? Apa dia telah merasa lebih pandai dari Allah? Apa dia sudah ingkar dengan kebesaran Allah? Maka cap kafir pantas diberikan kepada Iblis.

Maka barang siapa memiliki anggapan bahwa ada suatu perintah Allah yang tidak layak bagi manusia, ada hukum Allah yang salah, ada keputusan Allah yang tidak benar, ada seruan Allah yang tidak tepat, maka dia termasuk orang yang kafir. Itu jika apa yang dia tolak adalah sesuatu yang qoth’i dalam islam, seperti perintah sholat lima waktu, zakat, haji, shoum ramadlon, perintah berjilbab, hukuman potong tangan bagi pencuri, hukum dera bagi pezina, hukum jizyah bagi kafir dzimmi, dan hukum-hukum lain yang dijelaskan oleh Allah di dalam ayat-ayat Al Qur’an yang qoth’i dilalah atau hadits mutawatir yang qoth’i dilalah. Jika seseorang menolak semua itu secara sadar, maka dia kafir, seperti halnya Iblis.

Saudaraku yang budiman, tidakkah anda lihat, bahwa orang yang memiliki sifat seperti Iblis ini tersebar luas di sekitar kita? Bukankah banyak di antara manusia mengajukan berjuta alasan untuk mencampakkan hukum-hukum Allah yang qoth’i? Tidakkah anda lihat, bahwa mereka merasa memiliki sesuatu yang lebih baik dari apa yang diperintahkan oleh Allah? Tidakkah anda dengar, mereka telah mengatakan bahwa hukum Allah itu tidak lagi up to date, tidak cocok dengan budaya kita, tidak cocok dengan peradaban modern, tidak cocok dengan HAM, tidak sesuai dengan semangat emansipasi, anti demokrasi, tidak sesuai dengan perkembangan zaman, dan seabrek alasan yang lain.
Mereka semua serupa dengan Iblis dalam hal tidak percaya dengan Kebijaksanaan Allah.

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik.” (Al An’aam : 57)

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (Al Maa’idah :50)

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (An Nuur:51)

Pun dari sosok iblis ini, ada satu yang patut kita pelajari. Yaitu konsistensi dan persistensi. Itu si Iblis ga ada lelahnya menggoda dan menggelincirkan manusia.
Iblis akan menggoda kita dari segala arah, diwaktu kita berdiri, duduk, bekerja, makan, bahkan diwaktu tidur. Tidak berhasil dengan cara satu, dia akan coba cara dua, dan seterusnya.

Dan iblis tidak kenal waktu terus menggoda kita hingga kita meninggal nanti. Tidak ada manusia yang lolos dari serbuan godaan iblis ini. Nabi sekalipun juga terus digoda oleh iblis.

Bahkan untuk menembus pertahanan orang-orang suci macam nabi dan kyai.., diutuslah iblis-iblis yang sudah mendapat gemblengan dan kemampuan yang luar biasa.

Sehingga tidak jarang, seorang kyai yang sehari-harinya banyak memegang tasbih pun bisa tergoda oleh bujuk rayunya untuk menjadi anggota DPR dengan 1001 macam argumentasi serta menyerahkan semua urusannya kepada keputusan suara terbanyak. “

Di antara manusia ada yang memiliki hasrat dan semangat yang tinggi, sehingga mereka bisa mendalami berbagai cabang ilmu syariat, berupa ilmu Al-Qur`an, hadits, fiqih dan sastra. Lalu Iblis mendatangi mereka dengan ajarannya yang lembut, sambil membisikkan kesombongan kepada mereka, karena mereka bisa mendalami berbagai macam ilmu dan bisa mengulurkan manfaat kepada orang lain.

Di antara mereka ada yang tidak pernah bosan menggali ilmu dan merasakan kenikmatan dalam penggalian ini, yang tentu saja karena bisikan Iblis. Iblis bertanya kepadanya, Sampai kapan engkau merasa letih melakukan semua ini? Tenangkan badanmu dalam memikul beban ini dan lapangkan hatimu dalam menikmati ilmu. Karena jika engkau melakukan kesalahan, maka ilmu dapat membebaskan dirimu dari hukuman. Lalu Iblis membisikinya tentang kelebihan yang dimiliki para ulama. Jika seseorang terkecoh dan menerima bisikan serta ajaran Iblis ini, maka dia akan celaka.

PESAN IBLIS YANG MENJADI GURUKU:

Ada sebuah proses simbiosis mutualisme, kerja keras dan pantang menyerah yang sangat mengagumkan bukan? Dan kau masih saja menyalahkan aku untuk kebodohan-kebodohan mu… " Dan yang perlu engkau ingat, telah jelas dalam Al-Qur’an, aku tak pernah secuilpun sujud pada manusia. Sesungguhnya aku hanya takut kepada Allah. Tapi mengapa engkau tak bisa lebih baik dariku ? Engkau masih saja sujud kepada atasanmu di kantor. Engkau masih sujud teluk takluk kepada yang kau anggap lebih dalam sebuah disiplin ilmu. Engkau masih minder di hadapan orang yang mempunyai daya penguasaan dunia yang lebih baik. Engkau masih saja terlena sujud dengan peradaban olah gerak manusia. " Akhirnya engkau tak lebih masih takut akan persepsi akalmu daripada takut kepada Allah...." Kalau sudah begitu, bagaimana bisa derajatmu lebih tinggi dari aku... mana bisa engkau mengalahkanku ! Lha wong posisiku di level takut kepada Allah, sedang kamu belum, bahkan tidak ! “ Selaluuu saja Allah kamu jadikan objek bahasan, bukannya kau anggap sebagai subjek utama penentu gerak hidupmu…Engkau terlalu berani wahai manusia….” " Ku beri tahu sedikit saja, ketakhlukan dan ketersujudanmu atas sesama manusia itu tak lebih karena engkau tak mampu membedakan takzim dan takut. Manusia yang seharusnya kamu takzimi malah kamu takuti. Itu tak lebih hukum sebab akibat karena ketika kamu di atas angin, kamu masih sering menakut – nakuti orang entah dengan kekuasaanmu, hartamu, ilmumu atau pengalaman – pengalamanmu. “

Ingatlah satu hal saja, aku adalah mahluk kesombongan yang terang gamblang. Sedang engkau wahai manusia…adalah mahluk kesombongan tersembunyi. Itu karena engkau sering lupa menutup bilik hatimu dengan pintu cinta. Sehingga aku dengan mudah menelisip masuk menempati ruang kosong itu… " Aku hanya dibekali rasa takut pada Allah. Sedang engkau lebih dari itu. Engkau juga punya rasa cinta pada Allah. Kenapa tak pernah kau pakai ? Oh...seandainya engkau tahu bahwa aku tak bisa mengganggu para pecinta...sebab aku mahluk kedengkian yang tertakdir tak bisa bersatu memasuki wilayah cinta ilahi. Wilayah waliyullah....wilayah kekhusyukan sejati...wilayah di mana ruang penuh taburan cinta di setiap sudutnya. Bagai surga yang di dalamnya tak ada perkataan sia-sia...hanya ada Subhanallah.

Komentar

Postingan Populer