Memangnya Siapa Kalian, Menghina Mujahidin?
Pada
beberapa hari ini, kami mendengar ungkapan-ungkapan aneh dan
pemikiran-pemikiran mengherankan yang keluar dari orang-orang yang
muncul dalam banyak saluran televisi. Mereka bicara tentang
urusan-urusan umat ini dengan ungkapan-ungkapan yang tidak jelas, namun
mereka mengira suatu hal yang sangat jelas.
Pada hari ini, tidak ada kesibukan yang
lebih menyibukkan manusia kecuali berkomentar tentang Ahli Jihad
(mujahidin); celaan, membuat keraguan, pengaburan, penghinaan,
penelantaran, dan menyebarkan berita dusta.
Banyak komentar dan perkataan yang
memakai baju istilah ‘kritik konstruktif (membangun)’, ‘nasihat seorang
saudara’, dan ungkapan-ungkapan lainnya. Sekilas, terlihat penuh kasih
sayang, namun di dalamnya menyimpan kejahatan, keburukan, dan makar
(tipu daya), ataupun pembodohan.
Sangat mengherankan! Seseorang yang
tidak ikut berjihad, bagaimana ia bisa mengkritik para mujahidin dengan
ungkapan, "Kalian telah berbuat salah, kalian telah berbuat ini, kalian
telah meninggalkan itu, kalian … kalian …!" Siapa engkau ini, sehingga
berani berbicara kepada para mujahidin, "Kalian ….”?!!
Mereka mengatakan, "Menurut kami, ini tidak boleh …." Siapa kalian ini, sehingga kalian berani mengatakan, "Menurut kami ….”?!!
Bagi para mujahidin, tidak ada yang
lebih mereka utamakan kecuali urusan jihad! Para mujahidin, mereka
mereduksi seluruh ajaran agama dalam jihad, bukan dengan dakwah, ilmu,
membangun yayasan, terlebih lagi negara … Semua perhatian mereka tertuju
kepada jihad. Para mujahidin membunuh orang-orang tidak berdosa?! Para
mujahidin tidak paham realitas?! Para mujahidin menggunakan kekerasan?!
Siapa kalian, wahai orang-orang yang
sedang duduk-duduk berpangku tangan …, wahai orang-orang yang tidak ikut
berangkat berjihad …, wahai orang yang telah bermaksiat kepada Allah
dengan meninggalkan jihad yang hukumnya fardhu 'ain—menurut ijma' … ?!!
Benar (sabda Rasulullah), "Jika kalian tidak merasa malu, berbuatlah
sesukamu!"
Sungguh, seorang manusia pasti akan
merasa malu untuk menjawab mereka hanya dengan kata-kata, sementara
potongan tubuh orang-orang kafir berterbangan di depan kedua matanya,
lewat adegan peperangan yang ditayangkan dalam siaran televisi. Bukankah
gambar lebih mengena daripada kata-kata? Seandainya kami tidak
mengetahui ada orang-orang yang tidak berdosa—yang dengan kepolosan dan
kesederhanaannya—membenarkan perkataan mereka—orang-orang dungu
tersebut, niscaya, kami tidak akan memberatkan diri untuk berpayah-payah
menjelaskan semua ini. Akan tetapi,
Jika tidak ada kecuali lisan-lisan yang tersusun
Tidak ada yang bisa diperbuat dalam kondisi darurat
kecuali melakukannya
Mari kita berjalan bersama mereka—para
kritikus tersebut, selangkah demi selangkah. Akan kami jelaskan
komentar-komentar tidak layak mereka yang hanya bisa menipu orang-orang
dungu!
Mereka berkata: Para mujahidin tidak bisa membangun yayasan, terlebih lagi negara!
Siapa yang bilang kepada kalian, bahwa
para mujahidin pergi berjihad untuk membangun berbagai yayasan? Mereka
pergi untuk memotong dan memenggal leher orang-orang kafir, serta
merobek-robek tubuh mereka. Tidaklah sekali-kali mereka pergi untuk
membangun yayasan-yayasan, sekolah-sekolah, ataupun kegiatan-kegiatan
intelektual. Mereka adalah ahli perang dan bertempur … Apakah kalian
tahu apa itu perang? Sungguh tak kusangka, salah seorang dari kalian tak
pernah sekali pun menembak seekor tikus; lalu bagaimana akan
menembakkan meriam ke arah orang-orang kafir?
Kemudian, apakah kalian lupa, ‘Imarah
Islamiyyah (Pemerintah Islam) -yang telah dibangun mujahidin- telah
berbuat sesuatu yang ‘mustahil’ dalam waktu hanya beberapa tahun? Di
antaranya: menciptakan keamanan bagi darah manusia, kehormatan, dan
harta benda mereka. Ladang narkoba (ophium) dimusnahkan, patung-patung
dihancurkan, dan hanya Allah semata yang (boleh) diibadahi. Itu semua
dilakukan di tengah keterbatasan personil, pengkhianatan teman, dan
gempuran musuh. Negara mana yang lebih baik darinya di zaman ini?
Ataukah harus dengan adanya riba yang dijalankan dengan terang-terangan,
perzinaan, minum-minuman keras, media-media berselera rendah,
lembaga-lembaga negara yang tidak produktif, penerapan undang-undang
milik orang kafir, dan berbagai tindak korupsi? Apakah dengan itu semua
sebuah negara bisa berdiri? -Dan apakah ratusan yayasan yang telah
kalian bangun sanggup melakukan hal yang sama seperti mujahidin?-
Mereka berkata: Para mujahidin tidak paham politik!
Politik macam manakah yang lebih baik
daripada memenggal dan memotong leher-leher orang-orang kafir, menangkap
mereka, mengintai mereka, dan menawan pengikut-pengikut mereka bersama
mereka? Ataukah, politik semacam ini tidak pantas diterapkan di zaman
ini? Sebagaimana tidak pantasnya memusuhi orang-orang kafir, hijrah dari
negara mereka, menawan wanita-wanita, keturunan, dan membunuh kaum
laki-laki mereka?! Juga tidak pantaskah jika ada muslimah yang berhijab
di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya, serta tidak mau
bercampur-baur dengan kaum laki-laki?! Dan juga tidak pantaskah jenggot
panjang dan pakaian pendek bagi penampilan seorang muslim moderat?!
Mereka berkata: Para mujahidin menggunakan kekerasan (al-'unf)!
Seakan-akan, komentar ini keluar dari
seorang gadis pingitan yang berada dalam tempat pingitannya, yang
kulitnya putih bersih tidak pernah terkena matahari, dan pipinya belum
pernah ternodai—walau hanya oleh angin sepoi-sepoi. Menurut kalian,
apakah yang harus dilakukan para mujahidin? Apakah kekerasan merupakan
aib bagi mujahidin?! Allah berfirman dalam kitab-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ
غِلْظَةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (١٢٣)
"Hai orang-orang yang beriman,
perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitarmu, dan hendaklah mereka
menemui kekerasan daripadamu; dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama
orang-orang yang bertaqwa." (QS. At-Taubah: 123)
Ar-Raghib berkata dalam kitab Mufradat
Alfazhil Qur'an: (الغلظة: الخشونة) al-ghilzhah: kekerasan. Apakah ada
perbedaan arti, antara kata al-'unf, al-ghilzhah, dan al-khusyunah,
wahai banci? Jika Allah menggelari orang-orang yang keras itu sebagai
orang-orang yang bertaqwa, lantas, gelar apa yang pantas bagi
orang-orang yang bersikap lunak dan menghinakan diri di hadapan
orang-orang kafir dan munafik dalam kitab Allah? Apakah hukum orang yang
beriman kepada perkataan, "Aku tidak beriman dengan kekerasan
(al-'unf)"?
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ
الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ
مِنْكُمْ إِلاَّ خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ
يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُونَ (٨٥)
"Apakah kamu beriman kepada sebahagian
Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah
balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan
dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada
siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat."
(QS. Al-Baqarah: 85)
Seolah-olah, aku melihat kalian ketika
didatangi seorang tentara Amerika yang hendak memperkosa kehormatan
istrinya. Dia melempari tentara Amerika itu dengan potongan-potongan
kertas, sambil berkata, "Ini sebuah aib, wahai tentara Amerika … Ini
sebuah aib, wahai tuan, ini sebuah kekerasan!" Padahal, ketika Allah SWT
memberi wasiat kepada Nabi-Nya, Dia berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ
جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (٩)
"Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir
dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat
mereka adalah jahannam, dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali."
(QS. At-Tahrim: 9)
Apakah kalian membenarkannya? Sedangkan
Nabi SAW, yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta, dengan membawa
kedamaian, keselamatan, keamanan, dan rasa cinta bagi kehidupan seluruh
manusia, Rabbnya berfirman kepadanya dengan firman begitu rupa. Inilah
pemahaman para mujahidin, dan inilah sumber referensi mereka. Mereka
tidak memahami selain perkataan semacam ini. Seandainya kalian tinggal
bersama mereka selama seribu tahun, dan kalian katakan kepada mereka,
"Jangan kalian gunakan kekerasan,” niscaya mereka tidak akan menerima,
kecuali Jibril turun dengan membawa mushaf yang baru. Dan benar, Jibril
telah turun di Kuwait; dan pasukan Amerika membagikannya kepada
orang-orang terkemuka Kuwait, yaitu para banci dan kerabatnya ….
Mereka berkata: Para mujahidin tidak memahami realitas!
Dulu, cap 'tidak memahami realitas' ini
dilontarkan oleh orang-orang yang berafiliasi pada 'Jama'ah Ikhwanul
Muslimin', terutama ditujukan kepada orang-orang yang berafiliasi pada
'Jama'ah Salafiyah'. Namun, ketika lawannya semakin jelas, cap itu mulai
kurang efektif sebagaimana mestinya. Hingga ketika para mujahidin
muncul ke permukaan, semua pihak melontarkan cap itu kepada para
mujahidin. Seakan-akan, cap itu adalah tumpukan beban yang membuncah
dalam benak mereka, yang tidak mampu mereka tumpahkan sampai mereka
menimpakannya pada orang lain. Subhanallah! Kalian … kalian yang hidup
nyaman di rumah bersama keluarga, bersama anak-anak, dan ada di pangkuan
istri-istri kalian, kalian merasa lebih paham daripada orang yang
mengalaminya langsung?! Sungguh, realita pada hari ini ada di
‘medan-medan perang’, maka, di mana posisi kalian dari realita ini?
Apakah hanya mendengar berita bisa disamakan dengan menyaksikan langsung
kejadian itu? Para mujahidin telah menunjukkan kepada kalian kenyataan,
akan tetapi, kenyataan itu malah diputar-balikkan, dimanipulasi, dan
dipelintir; sehingga terdengar menjemukan dan membuat lesu. Para
mujahidin sudah sibuk dengan kenyataan lain.
Mereka berkata: Para mujahidin membunuh orang-orang yang tidak berdosa!
Definisikan kepada kami, siapakah
orang-orang tidak berdosa—yang kalian maksud—itu? Kemudian, datangkan
bukti kalian jika para mujahidin telah membunuh orang-orang yang tidak
berdosa …! Jika yang kalian maksud ‘orang-orang tak berdosa’ itu adalah
para wali orang-orang Yahudi dan Nasrani, serta para pengawal
institusi-institusi mereka; maka, semoga Allah membinasakan ‘orang-orang
tak berdosa’ kalian itu, dan semoga para mujahidin tidak menyisakan
mereka seorang pun.
Adapun terhadap orang-orang tak berdosa
yang sebenarnya, kami katakan, "Bukankah para mujahidin pergi
meninggalkan harta benda, keluarga, dan negeri mereka untuk membela
orang-orang yang tidak berdosa?" . Bisa saja bagi mereka untuk
meletakkan tangan mereka (berbai’at) di atas tangan orang-orang yang
kalian taruh tangan kalian di atas tangannya (penguasa murtad), supaya
mereka bisa menjadi seperti kalian. Menjadi para pemegang jabatan,
kekuasaan, dan menjadi orang-orang yang suka tampil di berbagai siaran
televisi. Akan tetapi, mereka lebih memilih kejantanan daripada
kehinaan. Mereka lebih memilih pergi berjihad untuk membela kehormatan
kaum muslimin.
Kemudian, mari kita pergunakan akal kita
sesaat saja. Kami katakan, "Bukankah kita dalam keadaan perang?
Bukankah musuh tak henti-hentinya membuat makar kepada kita? Bukankah
sangat mungkin terjadi bila ternyata, musuhlah sebenarnya yang membunuh
orang-orang tidak berdosa itu? Namun, beberapa fihak melemparkan tuduhan
kepada para mujahidin yang setia, untuk menimbulkan perselisihan antar
sesama saudara. Akibatnya, sesama kaum muslimin akan saling
berbantah-bantahan, sehingga menjadi gentarlah mereka dan hilang
kekuatannya. Sudah beberapa kali para mujahidin berhasil menangkap
orang-orang Inggris dan Amerika, serta agen-agen mereka yang hendak
melakukan peledakan tempat-tempat umum dan juga hendak membunuh para
penduduk kota. Tehniknya sama dengan yang mereka tuduhkan kepada para
mujahidin. Bahkan, beberapa kali pula pemerintah berhasil menangkap
orang-orang Inggris yang hendak melakukan peledakan, dan menuduhnya
sebagai mujahidin. Namun, mereka segera dibebaskan, karena mereka bukan
mujahidin, tetapi orang-orang Inggris yang terperdaya.
Kapan mereka akan paham dan sadar, bahwa
kita sedang dalam keadaan perang? Dalam perang, ada yang dinamakan tipu
muslihat, makar, kelicikan, pemecah-belahan, perobekan, dan
penghambur-hamburan energi. Kapan kita belajar dari Al-Qur'an, sunah
Nabi dan sirah (biografi) beliau—semoga shalawat dan salam selalu
tercurah kepada beliau, serta sirah para sahabat—ridhwanullah 'alaihim
ajma'in.
Adapun, orang yang terbunuh tanpa
sengaja karena kesalahan yang dilakukan pihak mujahidin, maka
sesungguhnya, kesalahan semacam ini juga ada dalam
pertempuran-pertempuran yang dilakukan oleh manusia paling utama, paling
berakal, dan paling benar pendapatnya. Imam Bukhari meriwayatkan dari
hadits Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata, "Pada hari terjadinya
perang Uhud, orang-orang musyrik mengalami kekalahan." Iblis—semoga
Allah melaknatinya—berteriak, "Wahai hamba-hamba Allah, barisan
belakang…!!" Maka, barisan depan kembali mundur, mereka saling pukul
dengan barisan belakang. Hudzaifah melihat hal itu, tiba-tiba dia
teringat bapaknya, Al-Yaman. Maka dia berkata, "Wahai hamba-hamba Allah,
bapakku … bapakku!!" Aisyah berkata, "Demi Allah, mereka tidak bisa
menghalangi dari membunuhnya sampai mereka membunuhnya." Hudzaifah
berkata, "Semoga Allah mengampuni kalian." Lihatlah mereka, para sahabat
membunuh ayah pemilik rahasia Rasulullah SAW secara salah, mereka
berkumpul mengepungnya kemudian membunuhnya. Padahal, mereka berperang
masih menggunakan pedang dan tombak; maka bagaimana keadaannya—menurut
kalian—jika perangnya menggunakan bom dan rudal -seperti yang digunakan
mujahidin pada hari ini?-
Juru bicara mereka berkata: Para mujahidin tidak memiliki ilmu syar'i!
Apa yang telah engkau perbuat dengan
ilmu syar'imu, wahai orang yang sukses? Belumkah engkau membaca di
universitasmu, firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ
الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ
(٣٨)إِلا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ
قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ (٣٩)
"Hai orang-orang yang beriman, apakah
sebabnya bila dikatakan kepadamu, 'Berangkatlah (untuk berperang) pada
jalan Allah!' Kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah
kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di
akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang,
niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya
(kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi
kemudharatan kepada-Nya sedikit pun. Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu." (QS. At-Taubah: 38-39)
Engkau diancam dengan azab yang sangat
pedih. Allah telah menggantikanmu, 'Wahai pemilik ijazah S-2', dengan
orang-orang yang tidak memiliki ijazah; agar Allah memberi kepadanya
rezeki berupa kesyahidan, dan membiarkanmu berada di bawah ancaman-Nya …
Syahadah (kesyahidan) tidaklah seperti syahadah (ijazah).
Belumkah engkau membaca, 'wahai pemilik ijazah', firman Allah Ta'ala:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (٦٩)
"Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya, Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)
As-Sa'di Rahimahullah berkata: Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, mereka adalah
orang-orang yang hijrah di jalan Allah, berjihad melawan musuh-musuh
mereka, dan mencurahkan segala upaya mereka dalam mengikuti
keridhaan-Nya. "Benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami", yaitu jalan-jalan yang menyampaikan mereka kepada
Kami, itu disebabkan karena mereka adalah orang-orang yang berbuat baik.
"Dan sesungguhnya, Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik" dengan pertolongan, kemenangan, dan hidayah (petunjuk). Ini
menunjukkan, manusia yang paling pantas untuk selaras dengan kebenaran
adalah Ahli Jihad (mujahidin). Selesai perkataan beliau Rahimahullah.
Ibnul Jauzi berkata dalam Zaadul Masir,
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami," yaitu:
mereka memerangi musuh-musuh Kami karena Kami. "Benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami," yaitu: niscaya kami berikan
taufiq untuk menepati jalan yang lurus. Ada yang berpendapat: niscaya
akan kami tambah petunjuk kepada mereka. "Dan sesungguhnya, Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik" dengan pembelaan dan
pertolongan. Ibnu Abbas berkata, "Maksud 'beserta orang-orang yang
berbuat baik' yaitu orang-orang yang bertauhid." Yang lain berkata,
"Maksudnya adalah para mujahidin." Ibnul Mubarak berkata, "Siapa yang
mengalami masalah yang sulit, bertanyalah kepada Ahli Tsughur, karena
Allah berfirman, ‘(لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا) benar- benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.’." Selesailah perkataan beliau
Rahimahullah.
Apakah engkau, ‘Wahai pemilik ijazah’,
yang lebih baik jalannya ataukah orang-orang yang telah dijamin Allah
dalam kitab-Nya, akan diberi petunjuk ke jalan yang lurus?
Mereka berkata: Yang
dipentingkan para mujahidin hanya urusan jihad, seolah-olah mereka
mereduksi agama secara keseluruhan dalam jihad!
Apakah yang akan kita katakan kepada
orang yang kadar akalnya hanya sampai segini? Berarti, kita harus
memperlakukannya sesuai dengan kadar akalnya. Wahai manusia, tentang apa
para ulama berbicara dalam bulan Ramadhan? Mengenai apa para ulama
berbicara dalam musim haji? Dan, tentang apa para ulama berbicara dalam
pengumpulan sedekah? Setiap pembicaraan, harus sesuai dengan kondisinya
.…
Zaman ini adalah zaman jihad. Menurut
kalian, di manakah para mujahidin boleh menceburkan diri? Mereka adalah
para mujahidin, dan sekaranglah waktu jihad mereka. Apakah kalian
menginginkan agar mereka berbicara mengenai arah kiblat di planet
Saturnus? Apakah kalian menginginkan seorang insinyur pertanian supaya
melakukan operasi bedah? Apakah kalian menginginkan seorang tukang pipa
supaya membuat sebuah pesawat? Mereka semua memang para ahli dalam
bidangnya masing-masing.
Namun, seorang ahli dalam suatu bidang
yang tidak berbicara dalam bidangnya, maka dia akan menceburkan dirinya
dalam sesuatu yang tidak diketahuinya. Sebagaimana yang kalian lakukan
ketika kalian berbicara mengenai urusan jihad. Pusatkanlah perhatian
kalian untuk membangun yayasan-yayasan, membuat situs-situs internet,
mengajari orang-orang tentang rahasia kehidupan suami-istri; Akan
tetapi, serahkan urusan jihad kepada ahlinya!
Mereka berkata: Para mujahidin banyak memiliki kesalahan!
Masya Allah! Sungguh mengherankan
analisa, infomasi, serta pengetahuan yang luas seperti ini! Apakah ada
seseorang yang mengatakan bahwa para mujahidin adalah para malaikat?
Bukankah setiap manusia (bani Adam), pasti pernah berbuat kesalahan?
Kami bertanya, "Berapa kesalahan yang telah diperbuat oleh para
mujahidin?" Kemudian kami katakan kepada kalian: Cukuplah seseorang
dianggap cerdas apabila dia menghitung aib-aibnya sendiri.
Kemudian, wahai orang-orang yang
sengsara, bagaimana cara kalian menghitung kesalahan-kesalahan para
mujahidin dalam jihad mereka? Sedangkan kalian makan, minum, berdiri,
duduk, dan tidur. Kalian tenggelam dalam lautan maksiat kalian, yaitu
ketidak-berangkatan dan ketidak-ikutan kalian dalam jihad! Sungguh,
setiap langkah kaki, berdiri, duduk, tertawa, menangis, tidur, makan,
minum, dan seluruh urusan mujahid dalam jihad mereka, dianggap sebagai
kebaikan yang banyak dalam lautan kebaikan. Tidakkah kesalahan mereka
tenggelam dalam lautan kebaikan mereka, sebagaimana kebaikan kalian
tenggelam dalam lautan ketidak-berangkatan dan sikap berpangku tangan
kalian dari jihad? Ataukah kelak pada hari kiamat, Allah tidak akan
menghisab kalian atas ketidak-berangkatan yang kalian sengaja dan sikap
berpangku tangan kalian dari jihad, dan Allah hanya menghisab para
mujahidin dalam ijtihad-ijtihad mereka?
Mereka berkata: Para mujahidin mengkafirkan kaum muslimin!
Bukankah pergi berjihadnya para
mujahidin adalah untuk membela kaum muslimin? Lalu, bagaimana
bisa—kalian katakan, para mujahidin mengkafirkan orang—yang karena
merekalah—para mujahidin itu menyabung nyawa demi memperjuangkan
pembebasan mereka dan eksistensi agama mereka?! Apakah orang berakal
akan membenarkan hal ini? Ataukah yang kalian maksud dengan ‘kaum
muslimin’ itu adalah kerabatnya orang-orang Yahudi dan Nasrani, serta
orang-orang kafir? Sungguh, para mujahidin tidak mengkafirkan mereka,
akan tetapi, Allah-lah yang mengkafirkan mereka dalam kitab-Nya. Allah
Subhana wa ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
إِنَّ اللهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥١)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian
yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka, sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zhalim." (QS. Al-Maidah: 51)
Para mujahidin berkata, "Mereka bukan
termasuk bagian dari kita, tapi bagian dari mereka (orang kafir)." Jika
mereka ini yang kalian maksud, maka kami memohon kepada Allah agar
seluruh kaum muslimin menjadi 'takfiriyyun,' dan mengkafirkan
orang-orang yang dikafirkan oleh Allah tersebut … Jika para mujahidin
mengkafirkan kaum muslimin, lalu untuk apa mereka berperang? Dan untuk
membela siapa mereka menyabung nyawa? Apakah mereka pertaruhkan hidup
mereka dalam bahaya, hanya untuk membela orang-orang kafir?
Mereka berkata: Para mujahidin mengkafirkan para penguasa!
Apakah yang kalian maksud dengan
penguasa disini, adalah mereka-mereka yang mengumumkan keberpihakan
mereka di bawah panji Amerika dalam perang salibnya terhadap Islam?
Apakah yang kalian maksud dengan penguasa disini, adalah mereka-mereka
yang menerapkan hukum yang bersumber dari undang-undang Prancis,
Amerika, dan Inggris dalam permasalahan darah, harta benda, dan
kehormatan kaum muslimin? Apakah yang kalian maksud dengan penguasa
disini, adalah mereka-mereka yang membantu Amerika dengan harta benda,
tanah, penjagaan, udara, minyak bumi, bahan pangan, obat, dan berbagai
informasi, agar Amerika bisa menghemat waktu dan tenaga; sehingga
Amerika bisa leluasa membunuhi kaum muslimin tanpa ada halangan yang
berarti? Apakah yang kalian maksud dengan penguasa disini adalah
mereka-mereka yang membunuhi para mujahidin, menawan, dan menyerahkan
mereka kepada Amerika? Jika yang kalian maksud penguasa disini adalah
mereka-mereka ini, maka, kami bersaksi kepada Allah bahwa mereka adalah
orang-orang kafir. Dan orang yang tidak mengkafirkan mereka, maka dia
termasuk orang yang paling bodoh dengan realitas dan aqidah kaum
muslimin.
Bagaimana mereka tidak kafir, padahal
dalam diri mereka telah terkumpul syarat-syarat pemvonisan kafir tanpa
ada penghalangnya?! Mereka juga telah mengumumkan kekafiran mereka
setiap pagi dan sore, di depan penglihatan dan pendengaran semua
manusia. Seandainya mereka memiliki telinga, niscaya mereka akan
mendengar kekafiran penguasa mereka. Seandainya mereka memiliki mata,
niscaya mereka akan melihat kekafiran penguasa mereka. Seandainya mereka
memiliki akal, niscaya akan mengetahui kekafiran penguasa mereka.
Seandainya mereka memiliki lisan, niscaya akan mengumumkan kekafiran
penguasa mereka. Akan tetapi,
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَعْقِلُونَ (١٧١)
"Mereka tuli, bisu, dan buta. Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti." (QS. Al-Baqarah: 171)
Mereka berkata: Para mujahidin berpendapat wajibnya memberontak kepada para penguasa!
Siapa yang keadaannya seperti yang telah
kami sebutkan, maka hukum memberontak kepadanya adalah wajib menurut
ijma’ ulama. Di antara kami dengan kalian, ada kitab-kitab salaf sebagai
saksi. Masalah mengakhirkannya, itu semata-mata tergantung kemampuan
dan kemaslahatan. Ada pun kewajiban untuk i’dad (mempersiapkan diri),
tidak ada seorang pun yang diudzur (dimaafkan). Inilah hukum memberontak
kepada para penguasa seperti mereka, sebagaimana dijelaskan dalam
kitab-kitab ulama salaf … Jika para mujahidin berpendapat seperti ini,
mereka hanya menampilkan apa yang telah disembunyikan (tidak
disampaikan-ed) oleh para ulama pemerintah … Padahal, sampai saat ini,
para panglima mujahidin belum mengizinkan untuk memberontak kepada para
penguasa. Mereka hanya menjelaskan telah gugurnya kewajiban taat kepada
para penguasa tersebut bagi kaum muslimin, disebabkan karena kemurtadan
dan keluarnya mereka dari agama … Masa untuk memberontak kepada
orang-orang busuk tersebut pasti tiba.
وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ (٢٢٧)
"Dan orang-orang yang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali." (QS. Asy-Syu'ara: 227)
Mereka berkata: Para mujahidin membunuhi Rakyat!
Kami katakan: di mana kedudukan rakyat
dalam agama kita? Bukankah Nabi SAW bunuh-membunuh sesama rakyat Mekah
dalam perang Badar, Uhud, dan Khandaq? Bahkan, mereka juga membunuh
sesama rakyat Madinah yang menyerahkan loyalitas mereka kepada
orang-orang kafir, yakni mereka dipimpin oleh Abu 'Amir Al-Fasiq1!
Ataukah membunuh anak-anak paman Nabi SAW dan membunuh saudara-saudara
para sahabat halal hukumnya, sedangkan membunuh sesama rakyat kita
adalah haram? Di mana pembedaan antara rakyat dan yang bukan dalam
Al-Qur'an? Yang dijadikan pedoman dalam agama kita adalah agama itu
sendiri, siapa yang muslim, maka dia terhormat; ada pun selainnya, maka
tidak ada kehormatan baginya … Syari'at membagi manusia ke dalam tiga
golongan:
- Muslim, dia memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kita.
- Kafir mu'ahad (ada perjanjian/tidak memerangi), termasuk di dalamnya kafir dzimmi (tunduk di bawah naungan hukum Islam), muamman (mendapat jaminan keamanan), dan muhadan (ada perjanjian gencatan senjata).
- Kafir harbiy (memerangi), harta dan darahnya halal. Di mana saja kita menjumpai mereka, kita boleh membunuhnya: dari yang terdekat, kemudian seterusnya.
Inilah pembagiannya menurut kami, di
dalamnya, kami tidak mendapatkan pembagian berdasarkan warga negara atau
bukan. Jika Jibril Amerika Serikat turun kepada kalian dengan membawa
ayat 'kewarga-negaraan', maka kalian tidak boleh menyembunyikan ilmu
yang ada pada kalian.
Mereka berkata: Para mujahidin berperang bukan di negara mereka!
Ucapan ini berarti juga kalian tujukan
kepada Nabi SAW yang tidak berperang di Mekah, tetapi malah di Madinah.
Ucapan ini berarti juga kalian tujukan kepada para sahabat yang keluar
dari Hijaz untuk berperang di Syam, Iraq, Khurasan, negara-negara di
balik sungai, Mesir, Maroko, Cina, Turki, dan Sudan! Ada ucapan yang
sangat lucu dan menggelikan yang selalu kami dengar dari sebagian
mereka. Mereka menyebut ‘para mujahidin Arab’. Mungkin, maksud mereka
menyebut begitu adalah untuk membedakan antar mujahidin di Iraq, maka
mereka katakan, “Ini mujahid Iraq, dan itu mujahid Arab ….”
Sebenarnya, setiap telingaku mendengar
ucapan ini, aku tak dapat menahan tawa. Apakah warga negara Iraq adalah
warga negara India? Bukankah warga negara Iraq termasuk orang Arab?
Mungkin, ucapan seperti itu akan memiliki makna—jika diucapkan—di
Afghanistan, Checnya, Kashmir, Bosnia, Kosovo, Philipina, Cina, Burma,
dan negara asing lainnya. Ada pun di Iraq, bagaimana ucapan itu akan
memiliki makna? Ya, kecuali jika penduduk Iraq berasal dari kepulauan
antah berantah. Pada hari-hari ini, semua hal menjadi boleh .…
Mereka berkata: Para mujahidin melakukan peledakan di negara mereka!
Kami tidak mampu untuk memahami akal
kalian. Menurut kalian, di manakah tempat yang dibolehkan untuk berjihad
bagi para mujahidin? Jika mereka berperang di negara mereka, kalian
katakan, "Kok mereka berperang di negara mereka"; dan jika mereka
berperang bukan di negara mereka, kalian katakan, "Kok mereka berperang
bukan di negara mereka!" . Kalian buka front peperangan di atas bulan,
sehingga para mujahidin bisa berperang di atasnya!
Kita sederhanakan pemikiran dengan
sesederhana mungkin, supaya mereka dapat memahaminya dengan mudah. Aku
harap, kalian mau sedikit membuka akal kalian, supaya kalian mengetahui
hakikat sulit yang tak mampu dipahami akal kalian. Itu adalah hakikat
orang-orang yang semacam kalian, yakni dari kalangan para pemikir besar
dan para cerdik-pandai dan berpengalaman namun jarang memperhatikannya.
Perhatikan ungkapan berikut, karena ia akan bisa menjelaskan tempat
perang secara seksama, apakah kalian sudah siap? Perang itu …
Perhatikan! Aku akan ungkapkan suatu ungkapan, jangan sampai terlewat,
karena sangat sulit dipahami, bisa jadi kecerdasan orang yang bijaksana
akan berkhianat pada dirinya sendiri, sehingga tidak bisa memahami.
Perhatikan perkataanku … Aku katakan, "Perang itu terjadi di tempat
adanya musuh.” Saya memohon kepada Allah, supaya kalian bisa memahami …
Wahai Dzat yang memberi pemahaman kepada Sulaiman, pahamkanlah mereka
ini….
Mereka berkata: Para mujahidin menyeret diri mereka ke dalam perang yang tidak sepadan!
Dulu, kalian melontarkan ucapan ini di
Afghanistan, namun para mujahidin berhasil menang mengalahkan Uni
Sovyet; padahal saat itu, Sovyet merupakan negara yang memiliki pasukan
militer terkuat di dunia. Mereka berganti menjadi Rusia … Dulu, kalian
melontarkan ucapan ini di Somalia, namun para mujahidin berhasil menang
mengalahkan Amerika; padahal waktu itu, Amerika adalah negara yang
memiliki pasukan militer terkuat di dunia … Dulu, kalian melontarkan
ucapan ini di Bosnia, namun para mujahidin berhasil menang mengalahkan
Serbia dan Kroasia yang mendapat dukungan dari negara-negara Eropa,
Rusia, Yahudi, sampai Amerika ikut campur menyelamatkan sisa-sisa
orang-orang Nasrani dari terkaman para mujahidin … Dulu, kalian juga
melontarkan ucapan ini di Iraq, namun sekarang, lihatlah! Para mujahidin
berhasil meraih kemenangan demi kemenangan. Padahal, seluruh kekuatan
kekafiran telah berkumpul menyerang mereka, dalam episode perang salib
yang berkumpul di dalamnya seluruh negara-negara Nasrani dan seluruh
pemerintah Arab, bahkan sampai pemerintah Budha dan Hindu ….
Kami mengakui, para mujahidin itu teramat sederhana. Mereka beriman dengan firman Allah Subhana wa ta'ala:
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ (٢٤٩)
"Berapa banyak terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan
Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 249)
Mereka meyakini ayat ini dengan segala
kandungan makna kesederhanaan iman … Mereka yakin, kemenangan hanya bisa
diraih dengan izin Allah, kekalahan juga karena izin Allah, dan
kemenangan tidak akan datang kecuali dari sisi Allah. Menurut mereka,
syarat kemenangan itu harus menolong agama Allah, dengan cara keluar dan
berangkat untuk berjihad di jalan Allah. Demikianlah para mujahidin.
Mungkin, kesederhanaan berpikir mereka ini terlihat sebagai sebuah
kepolosan, terbatasnya bekal ilmu dan pemahaman politik, serta
terbatasnya bekal dalam dua institusi; institusi strategis dan institusi
organisasi. Akan tetapi, kesederhanaan berpikir ini tidaklah menjadikan
mereka tercela. Karena, mereka tidak belajar di universitas kalian,
tidak mendapatkan ijazah seperti kalian, tidak membengkokkan lutut
mereka untuk melihat dan memperhatikan media, berbagai konsep, dan yang
mulia mufti kalian. Yang mereka ketahui, bahwa Allah telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (٧)
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS. Muhammad: 7)
Para mujahidin berkata, "Kami beriman
kepada Allah, menolong agama-Nya, dan bertawakal kepada-Nya, supaya Dia
memenangkan kita atas musuh-musuh kita." . Coba bayangkan, dengan
kesederhanaan dan kepolosan seperti ini, ternyata mereka mampu
menghancurkan Uni Sovyet, menggoncangkan tahta Amerika, dan meruntuhkan
singgasana Eropa.
Kami mengetahui, di antara kalian ada
para pemikir, para politikus, para analis, para pemilik ijazah magister,
dan para pengamat. Akan tetapi, kami tidak mampu membelokkan para
mujahidin dari pendapat mereka. Apa yang bisa kami perbuat bersama
mujahidin yang sederhana dan polos ini? Kami tidak mampu dan kami
katakan kepada para mujahidin, "Kalian harus membaca kitab-kitab para
pemikir dan para pengamat, tinggalkan kitab Allah, sunah Nabi-Nya, dan
sejarah hidup beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam." Akan tetapi, mereka
tidak memahami perkataan ini dan tidak rela kecuali dengan Al-Qur'an dan
Sunah. Kami memohon kepada Allah agar memberi hidayah (petunjuk) kepada
mereka ….
Dia berkata: Siapa yang membawa senjata, maka hujjah (alasannya) lemah!
Apakah yang akan kita katakan kepada
orang semacam ini? Seseorang berdoa agar disegerakan zaman ruwaibidhah
(orang-orang bodoh yang berbicara persoalan besar-penerj.), sampai
orang-orang dungu tersebut tidak berbicara. Wahai orang gila, Nabi SAW
membawa senjata, juga Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, sepuluh sahabat yang
dijamin masuk surga, sahabat yang ikut bai'at ridhwan, sahabat yang
ikut perang Badar, Uhud, Khandaq, dan mayoritas sahabat Rasulullah SAW
semuanya membawa senjata. Allah memerintahkan untuk membawa senjata
dalam kitab-Nya, apakah setiap mereka hujjahnya juga lemah?
Mereka berkata: Para mujahidin tidak rela dikritik yang membangun dan dinasehati!
Ini benar, kami tidak menyelisihi kalian
dalam masalah ini. Akan tetapi, kalian harus mengetahui sebabnya …
Sebabnya, para mujahidin menyukai mendengar kritikan secara langsung,
yaitu berhadap-hadapan. Tidak menyukai nasihat melalui udara. Jika
kalian menginginkan agar mereka mendengarkan kalian, pergilah ke
front-front, duduklah bersama para mujahidin, buatlah forum-forum
nasihat dan petunjuk! Aku jamin, mereka akan mendengarkan kalian jika
kalian melakukan itu. Mereka akan mendahulukan kalian daripada selain
kalian. Hanya pergi ke sana, di sisi mereka, dan katakan segala apa yang
ingin kalian katakan ….
Orang alim nan cerdik dan pandai dari
kalangan mereka berkata, "Para mujahidin adalah orang-orang yang
tertipu, belum matang, dan mereka tidak belajar ilmu sebagaimana
diwajibkan bagi anak-anak kecil mereka!"
Kami katakan kepada mereka: Jika para
ulama dikumpulkan kelak pada hari kiamat, siapa yang akan mendahului
mereka sejarak lemparan batu? Berapa umur orang yang mendahului sejarak
lemparan batu itu ketika meninggal? Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu anhu
ketika meninggal umurnya baru 38 tahun—menurut riwayat yang masyhur. Hal
itu disebutkan Ibnu Katsir dalam menjelaskan biografinya dalam kitab
Al-Bidayah wan Nihayah, bukankah Mu'adz bin Jabal orang yang paling
mengetahui tentang halal dan haram dari umat ini di zaman Nabi SAW?
Ketika Nabi SAW wafat, umur Mu'adz baru 30 tahun. Dia menjadi orang yang
paling mengetahui tentang halal dan haram dari umat ini, dan dia akan
mendahului ulama umat ini pada hari kiamat nanti, padahal umurnya belum
genap 30 tahun. Jadi, ilmu tidak bisa diukur dengan umur, tetapi dengan
pemahaman dan amal perbuatan. Berapa banyak syaikh ternama yang suka
menikah, namun shalat dan bacaan Al-Fatihahnya tidak bagus? Berapa
banyak anak kecil hafal Al-Qur'an dan kuat hafalannya, hafal teks-teks
sunah, memahami maknanya, dan mampu mengamalkannya? Dulu, para pembesar
Quraisy tidak beriman kepada sesuatu yang datang kepada mereka, yaitu
kebenaran paling agung yang pernah dikenal manusia, da'i paling agung di
muka bumi dengan hujjah paling agung, dan kitab paling agung yang
diturunkan Allah. Sedangkan para pemuda mereka telah beriman, mayoritas
umur para pemuda tersebut 20-an dan 30-an ketika mereka beriman.
Sebagian mereka ada yang beriman, sedangkan umurnya kurang dari 20
tahun, bahkan ada yang kurang dari 10 tahun!
Mereka berkata: Aqidah para mujahidin tidak bersih!
Perkataan ini diucapkan oleh orang-orang
yang menggelari diri mereka dengan ‘Salafiyyun.’ Sudah kami katakan
kepada orang-orang bodoh dari kalangan mereka, aqidah para mujahidin
adalah kitab Allah dan sunah Nabi-Nya SAW. Akan tetapi, mereka menolak,
kecuali jika para mujahidin mau membaca Kitabut Tauhid, Al-Ushul
Ats-Tsalatsah, dan Al-Qawa'id Al-Arba'. Apakah yang akan kita katakan
kepada mereka? Bukankah yang menukilkan kitab-kitab tersebut kepada
manusia adalah para mujahidin Al-Ikhwan (para pengikut Imam Muhammad bin
Abdul Wahhab)? Seandainya bukan karena jihad mereka, niscaya kalian
pada hari ini masih suka thawaf di sekeliling pepohonan, dan
mengusap-usap bebatuan sebagaimana keadaan nenek moyang kalian … Dengan
jihadlah kitab-kitab tersebut bisa sampai kepada kalian, dan tidak ada
sesuatu yang tersisa kecuali dengan jihad … Yang lebih aneh lagi, mereka
mengatakan, "Bahwa diri mereka adalah 'Salafiyyun', sedangkan Muhammad
bin Abdul Wahhab bukan termasuk salaf, tetapi termasuk khalaf, dan
hampir termasuk orang-orang terkini." Apakah mereka tidak mau menyebut
dengan nama 'muslimin', sebagaimana nama yang diberikan kepada kita oleh
Nabi Ibrahim AS? Ataukahkah itu hanya penyelisihan dan membuat kelompok
saja?
Mereka mengatakan: Para mujahidin adalah khawarij!
Kami katakan kepada mereka, "Definisikan
kepada kami siapa sebenarnya khawarij itu? Dan sebutkan kepada kami,
bagaimana aqidah mereka? Kemudian kita bandingkan (komparasikan) antara
aqidah mereka dan aqidah para mujahidin … Khawarij adalah orang-orang
yang keluar dari Islam, sebagaimana anak panah keluar dari busurnya.
Sedangkan sifat ini sangat sesuai dengan orang yang melakukan
pembatal-pembatal keislaman. Seperti: memberikan loyalitas kepada
orang-orang kafir, menerapkan selain syari'at Allah, dan merasa senang
dengan kemenangan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin ….
Mereka mengatakan: Kami lebih baik daripada para mujahidin!
Saya katakan, "Kalian telah berdusta!" Demi Dzat yang menurunkan Al-Qur'an, bukankah Allah SWT berfirman:
أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ
الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللهِ لا يَسْتَوُونَ عِنْدَ
اللهِ وَاللهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (١٩)الَّذِينَ آمَنُوا
وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ
أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
(٢٠)يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ
لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ (٢١)خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللهَ
عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (٢٢)
"Apakah (orang-orang) yang memberi
minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil
Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi
Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim.
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di
sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Rabb mereka
menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari sisi-Nya,
keridhaan-Nya, dan surga-Nya, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan
yang kekal. Mereka kekal di surga itu selama-lamanya. Sesungguhnya di
sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. At-Taubah: 19-22)
Imam Muslim meriwayatkan dalam
Shahih-nya dari hadits Nu'man bin Basyir, dia berkata, "Saya berada di
depan mimbar Rasulullah SAW. Seorang sahabat berkata, 'Aku tidak peduli
tidak mengamalkan suatu amalan setelah berislam, yang penting aku bisa
memberi minum orang yang haji.' Yang lain berkata, 'Aku tidak perduli
tidak mengamalkan suatu amalan setelah berislam, yang penting aku bisa
meramaikan Masjidil Haram.' Yang lain lagi berkata, 'Jihad di jalan
Allah lebih baik dari apa yang kalian katakan,' maka Umar membentaknya,
dia berkata, 'Janganlah kalian mengeraskan suara kalian di hadapan
mimbar Rasulullah SAW pada hari Jum'at! Akan tetapi, jika saya shalat
Jum'at, saya masuk masjid, lalu saya meminta fatwa kepada Rasulullah SAW
dalam masalah yang sedang kalian perselisihkan. Maka diturunkanlah ayat
ini.’.”
As-Sa'di Rahimahullah berkata, "Ketika
sebagian kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin dengan sebagian
orang-orang musyrik berselisih pendapat dalam hal mereka lebih
mengutamakan memakmurkan Masjidil Haram, dengan cara membangun, shalat,
ibadah di dalamnya, dan memberi minum orang haji atas iman kepada Allah
dan jihad di jalan-Nya, Allah SWT menjelaskan perbedaan antara keduanya.
Maka Dia berfirman, "Apakah (orang-orang) yang memberi minuman
orang-orang yang mengerjakan haji," yaitu memberi mereka minuman dengan
air zam-zam—sebagaimana sudah makhlum jika nama ini dimutlakkan. Maksud,
"dan mengurus Masjidil haram kamu samakan dengan orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah?
Mereka tidak sama di sisi Allah," maka, jihad dan iman kepada Allah
lebih utama daripada memberi minuman orang haji dan mengurus Masjidil
Haram, dengan derajat keutamaan yang jauh sekali. Karena iman merupakan
pokok agama, dengannya semua amal akan diterima dan dengannya pula semua
perilaku menjadi suci.
Adapun jihad fi sabilillah, ia adalah
puncak ajaran agama. Dengannya negeri Islam akan terjaga—dan bahkan
bertambah luas wilayahnya, serta dengannya pula kebenaran ditolong dan
kebatilan ditumpas … Kemudian, Dia menerangkan keutamaannya. Dia
berfirman, "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di
jalan Allah dengan harta benda," dengan berinfak untuk kepentingan jihad
dan mempersiapkan orang-orang yang mau berjihad. "Dan diri mereka,"
dengan diri mereka berangkat berjihad. "Adalah lebih tinggi derajatnya
di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan," yaitu
tidak meraih kemenangan yang didambakan dan tidak selamat dari yang
dikhawatirkan, kecuali orang-orang yang memiliki sifat-sifat mereka dan
berakhlak dengan akhlak mereka.
Dalam kitab Tafsir Maalimut Tanzil karya An-Nawawi Al-Jawi2,
ada perkataan lembut dalam menafsirkan ayat ini, dengan bunyi, "Ketika
Allah memberi sifat orang-orang beriman dengan tiga sifat; iman, hijrah,
serta jihad dengan diri dan harta benda, Dia memberi imbalan atas semua
itu berupa kabar gembira dengan tiga hal; dimulai dengan rahmat, yang
itu merupakan keselamatan dari api neraka sebagai imbalan atas
keimanannya; kedua: mendapatkan keridhaan, yang itu merupakan ujung
semua perbuatan baik sebagai imbalan dirinya telah meninggalkan tanah
airnya; dan ketiga: mendapatkan surga, yang itu merupakan manfaat agung
sebagai imbalan jihadnya, yang di dalamnya ada pengorbanan diri dan
harta benda. Mereka dikhususkan mendapatkan pahala yang sangat besar
karena keimanan mereka yang sangat agung." Demikian perkataannya.
Tersebut keterangan dalam hadits
Muttafaq 'alaih dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Ada
salah seorang sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, amalan apa yang bisa
menyamai pahala jihad?' Beliau menjawab, 'Kalian tidak akan mampu.' Para
sahabat mengulangi pertanyaannya dua atau tiga kali, semuanya dijawab
beliau, 'Kalian tidak akan mampu.' Kemudian beliau melanjutkan,
'Perumpamaan seorang mujahid fi sabilillah seperti perumpamaan orang
yang selalu berpuasa, bangun malam shalat tahajud dengan selalu membaca
ayat-ayat Allah tanpa pernah berhenti dari shalat dan puasanya sampai
sang mujahid fi sabilillah tersebut kembali (ini lafal Muslim)'." Dalam
riwayat Bukhari, "Ada seorang laki-laki bertanya, 'Wahai Rasulullah,
tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bisa menyamai pahala jihad.' Beliau
menjawab, 'Aku tidak menemukannya.' Kemudian beliau melanjutkan,
'Apakah engkau mampu, jika seorang mujahid berangkat berjihad sedang
engkau masuk masjidmu, engkau berdiri shalat tanpa berhenti dan engkau
berpuasa tanpa berbuka?' Orang itu menjawab, 'Siapa yang mampu
melakukannya?'." Maka, kami memberi ‘kabar gembira’ kepada sahabat ini.
Pada hari ini, ada sekelompok orang yang—mengaku—sanggup melakukannya,
bahkan lebih banyak dari itu; karena itulah, mereka memandang dirinya
lebih utama dari para mujahidin dan merasa lebih besar pahalanya dari
mereka.
Selanjutnya ….
Apakah makna semua perkataan kami ini, bahwa para mujahidin kebal kritik?
Jawabnya, "Ya, mereka memang kebal
kritik, jika kritik itu datang dari orang-orang yang diancam Allah
dengan azab yang pedih, yakni dari kalangan orang-orang yang dicap
sebagai khawalif (orang-orang yang tidak berangkat jihad). Adapun jika
kritik itu datang dari para pemuka jihad, maka tidaklah mereka kebal
kritik …."
Kemudian, kami berhak bertanya: mengapa
para penguasa harus dinasihati secara sembunyi-sembunyi? Dan kenapa
harus ditulis berjilid-jilid buku berisi larangan menasihati mereka
secara terang-terangan? Walaupun mereka terang-terangan mengumumkan
loyalitas mereka kepada orang-orang kafir, menerapkan hukum selain
syari'at Allah, menyebar-luaskan berbagai perbuatan keji, dan memakan
harta manusia dengan cara batil; adapun para mujahidin, mereka ‘hanya’
mendapat kritikan, bukan nasihat. Itupun dilakukan secara terbuka dan
terang-terangan di hadapan manusia!
Betapa sering kami mendengar ‘daging
ulama itu beracun’. Lalu sekarang, apakah daging para mujahidin seperti
‘kue’ atau malah ia lebih beracun daripada daging ulama? Apakah kalian
mengira—seandainya bukan karena jihad ini, para ulama itu bisa muncul di
layar saluran-saluran televisi? Demi Allah, seandainya bukan karena
Ahli Jihad, niscaya—pada hari ini—tidak terdengar seorang pun ulama dan
penguasa mencampakkan mereka ke tempat-tempat sampah. Sejarah
kontemporer sebagai saksi terbaik, kapan akan masuk akal orang yang
menyangka telah menghormati para ulama, padahal dia berdiri berada di
barisan pasukan salibis dan turut memerangi para mujahidin dengan
lisannya? Sebagian orang yang mengaku berilmu, memotong lengannya tanpa
terasa.
Siapa yang hendak bicara kepada para
mujahidin, hendaklah ia berbicara dengan adab yang baik; nasihatilah
mereka, dan berdiskusilah bersama mereka dengan adab yang baik. Ada pun
kritikan—baik membangun maupun tidak, terlebih lagi bantahan, maka pasti
ditolak … Siapa yang tidak memiliki adab yang baik, maka hendaklah ia
mengekang lisannya, tetaplah tinggal di rumahnya, dan jangan berbicara
mengenai urusan kaum muslimin ... Jika engkau hendak mengenal mereka,
lihatlah keadaan mereka ketika berbicara dengan para penguasa murtad dan
pembantu-pembantu mereka. Lihatlah kerendahan hati mereka, sopan
santun, dan pilihan kata mereka yang teliti, kemudian lihatlah keadaan
mereka dengan para wali Allah dari kalangan para mujahidin. Siapa yang
merasa aman dari hukuman, maka dia akan berbuat dengan adab yang buruk.
Para mujahidin adalah manusia biasa,
kadang salah … dan kadang juga benar! Akan tetapi di hari ini, merekalah
para pemuka manusia. Mereka maju membela umat ini dengan berperang
melawan orang-orang kafir, menjaga wilayah dengan taruhan nyawa di
medan-medan laga, melindungi kehormatan lelaki dan para wanita,
menumpahkan darah di medan-medan peperangan, meninggalkan kampung
halaman, dan berpisah dengan kawan-kawan untuk menyambut seruan Dzat
Yang Maha Esa lagi Mahakuasa. Siapa yang tidak mengetahui hak dan
keutamaan mereka atas dirinya, maka dialah manusia tercela yang tidak
wajib berbuat baik kepadanya ….
Ya Allah, kami persaksikan di hadapan
Engkau kecintaan kami kepada mujahidin, dan kecintaan kami kepada orang
yang mencintai mereka. Ya Allah, kami berlepas diri kepada-Mu dari musuh
para mujahidin dan orang yang loyal kepada mereka … Ya Allah, tolonglah
mujahidin di setiap tempat, jagalah mereka dengan penjagaan-Mu, dan
janganlah Engkau serahkan mereka kepada diri mereka sendiri, walau hanya
sekejap mata … Ya Allah, sucikan hati para mujahidin, satukan barisan
mereka, kokohkan telapak kaki mereka, tepatkan tembakan mereka,
berkahilah kehidupan mereka, dan terimalah para syuhada' mereka, duhai
Dzat yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih … Ya Allah, jagalah mereka
dari tipu daya para pelaku tipu daya dan lindungilah mereka dari makar
para pembuat makar, serta kejahatan para pelaku kejahatan ….
Wallahu a'lam … shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya ….
Ditulis oleh
Syaikh Husein Mahmud
10 Jumadal Ula 1428 H
-------------------Footnote----------------
1. Dia adalah mantan kepala suku ‘Aus
pada zaman jahiliyyah. Ketika Islam datang, dia menampakkan permusuhan
secara terang-terangan kepada Rasulullah SAW, lalu keluar dari Madinah
dan pergi bergabung dengan suku Quraisy di Mekah. Selanjutnya, dia ikut
serta memerangi Rasulullah SAW. (Zaadul Ma’ad: 3/172. Maktabah Syamilah)
2. Ulama yang menulis kitab-kitab berakidah Asy’ariyah. Lebih dikenal dengan nama Imam Nawawi Al-Bantani.
-----------------------------------------------
sumber: ishoba.wordpress.com
judul asli: Bantahan Untuk Para Kritikus Terhadap Mujahidin Yang Polos
di moderasi ulang oleh rifki ayyash
sumber: ishoba.wordpress.com
judul asli: Bantahan Untuk Para Kritikus Terhadap Mujahidin Yang Polos
di moderasi ulang oleh rifki ayyash
Komentar
Posting Komentar