Teguhlah Di Jalan Allah

Kepada ikhwan tauhid di mana saja berada, semoga Allah ta’ala memberikan kekuatan dan istiqamah…

Segala puji hanya bagi Allah Rabbul ‘Alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penghulu kaum muwahhidin Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, keluarganya dan para sahabat semuanya…

Ketahuilah bahwa ajal itu sudah ditentukan yang tidak mungkin dimajukan atau diundur, dan siapa pun tidak bisa merubah ketentuan itu. Allah ta’ala berfirman:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلاَّ بِإِذْنِ الله كِتَابًا مُّؤَجَّلاً

“Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang sudah ditentukan waktunya.” [Ali Imran : 145]

Rizqi dan apa yang menimpa kita juga sudah ditentukan lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi sebagaimana di dalam hadits yang shahih, dan bahkan ketentuan itu dicatat pula oleh malaikat di saat masing-masing kita masih berupa janin berumur 4 bulan di rahim ibu, sebagaimana sabdanya:
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَك فَيَنْفُخُ فِيْهِ الْرُّوْحَ ويُؤْمَرُ بِأَرْبَعٍ كَلِمَاتٍ بِِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ

“Sesungguhnya seseorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya empat puluh hari berupa nuthfah kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian dikirimkan malaikat kepadanya terus dia meniupkan ruh di dalamnya, dan ia diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizqinya, ajalnya, amalnya dan nasibapa dia binasa atau bahagia.” [HR Al Bukhari dan Muslim]

Oleh sebab itu tidak akan mati satu jiwapun kecuali setelah memenuhi ajal dan rizqi yang sudah ditentukan baginya, sebagaimana sabdanya:
لن تموت نفس حتى تستكمل رزقها وأجلها

“Tidak akan mati satu jiwapun sampai ia menyempurnakan rizqinya dan ajalnya.” [Hadits tsabit riwayat Al Hakim dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilyah]

Dan begitu juga manfaat yang kita dapatkan dan madlarat atau bahaya yang menimpa kita, itu semua sudah ditentukan dan dicatat Allah di dalam Al Lauh Al Mahfudh, sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Al Lauh Al Mahfudh) sebelum kami mewujudkannya.” [Al Hadid : 22]

Oleh sebab itu tidak seorangpun bisa mendatangkan manfaat kepada kita kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagi kita, dan begitu juga sebaliknya tidak ada seorangpun bisa menimpakan madlarat atau bahaya terhadap diri kita kecuali apa yang telah Allah taqdirkan menimpa kita, sebagaimana sabdanya:
وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ

“Dan ketahuilah bahwa seandainya umat bersepakat untuk mendatangkan sesuatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak bisa mendatangkan sesuatu manfaat kepadamu kecuali suatu manfaat yang sudah Allah ta’ala tetapkan bagimu. Dan seandainya mereka bersepakat untuk mendatangkan sesuatu madlarat kepadamu, maka mereka tidak bisa menimpakan sesuatu madlaratpun kepadamu kecuali suatu madlarat yang sudah Allah taqdirkan menimpamu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.” [Hadits Hasan shahih riwayat At Tirmidzi]

Ini adalah ketentuan taqdir yang kita imani dan kita yakini agar kita tidak putus asa atau bersedih hati atas bencana atau musibah yang menimpa kita dan supaya kita tidak angkuh dan bangga diri dengan kebaikan yang kita raih, karena itu semua adalah dari Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya ta’ala:
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Al Hadid : 23]

Kalau hal ini sudah kita pahami, maka ketahuilah wahai ikhwani bahwa Allah ta’ala sudah memerintahkan manusia untuk bertauhid hanya kepada Allah ta’ala dan kufur kepada thaghut:
اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ

“Ibadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut itu.” [An Nahl : 36]

juga memerintahkan untuk mendakwahkannya:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

“Ajaklah (mereka) kepada jalan Rab-mu dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik.” [An Nahl : 125]

Dan memerintahkan untuk memperjuangkannya dengan segenap kemampuan, baik harta, jiwa maupun lisan, sebagaimana sabdanya Shalallahu ‘alaihi wa Sallam:
جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ

“Jihadilah orang-orang musyrik itu dengan harta kalian, jiwa kalian dan lisan kalian.” [HR Ahmad dan An Nasai dan dishahihkan oleh Al Hakim]

Dan Allah ta’ala mengabarkan kepada kita dakwah tauhid ini akan selalu memiliki musuh, sebagaimana firman-Nya ta’ala:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِن

“Dan demikianlah, Kami telah menjadikan bagi setiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan manusia dan syaitan-syaitan jin.” [Al An’am : 112]

sebagaimana yang dikatakan Waraqah Ibnu Naufal kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam di awal Islam:
لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ بِمَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا أُوذِيَ

“Tidak seorangpun datang dengan seperti apa yang kamu bawa melainkan pasti disakiti dan dimusuhi.” [HR Al Bukhari]

juga firman-Nya:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُواْ عَلَى مَا كُذِّبُواْ وَأُوذُواْ حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللّهِ

“Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkaupun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Dan tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat (ketetapan) Allah.” [Al An’am : 34]

Oleh sebab itu setiap orang yang bertauhid akan mendapatkan ujian di dalam keimanannya, sebagaimana firman-Nya:
الم، أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ، وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Alif. Laam. Miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan untuk mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji. Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” [Al ‘Ankabut : 1-3]

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam saat ditanya siapa orang yang paling berat ujiannya maka beliau menjawab:
الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُوْن ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ فِي دِينُهِ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ خفف عنه

“Para nabi, kemudian orang-orang yang saleh, terus yang berikutnya dan yang berikutnya, seseorang diuji sesuai kadar diennya, bila dia kokoh di dalam diennya maka ujiannya di tambah dan bila tipis di dalam agamanya maka ujiannya diringankan.” [HR Ahmad]

Sedangkan diantara bentuk ujian dari Allah ta’ala kepada ikhwan tauhid pada hari ini adalah penguasaan para thaghut dan anshar mereka terhadap banyak ikhwan dengan bentuk penahanan, pemenjaraan, penyiksaan dan bentuk lainnya, yang mana ini adalah bagian dari ujian yang telah Allah tetapkan, yang harus dihadapi dengan kesabaran, keteguhan prinsip dan ‘izzah, apalagi bagi ikhwan yang telah memposisikan dirinya sebagai mujahidin dan ansharuddien yang tentunya sebelum melangkah masuk ke dalam jalur ini mereka sudah mengetahui konsekuensi jalan ini, yaitu keterbunuhan, terluka, terusir dan yang paling pahitnya adalah pemenjaraan. Oleh sebab itu tidaklah pantas bagi para amir, komandan dan mas’ul di dalam ‘amal islami, dia menampilkan hal-hal yang manisnya saja di dalam amal jihadi ini, seperti ghanimah, kesyahidan dan kemenangan, tanpa menjelaskan hal-hal pahit yang bisa terjadi di dalam jalan ini dan cara menanggulangi dan mengantisipasinya supaya tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk dari keadaan sebelum melangkah, seperti penyesalan, pembongkaran rahasia kepada thaghut, dan yang lebih buruk lagi adalah terpuruk kepada loyalitas yang membatalkan. Karena orang-orang kafir itu kalau sudah menawan dan menguasai orang muslim apalagi mujahidin, maka mereka benar-benar akan bersikap sebagai musuh yang sudah menguasai musuh-musuhnya yang sangat dibencinya, dimana mereka akan melampiaskan segala kesumatnya baik dengan lisannya ataupun dengannya dan kalau bisa mereka itu sangat ingin andai para tawanan itu meninggalkan prinsipnya dan membelot kepada mereka, sebagaimana firman-Nya ta’ala:
إِن يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاء وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُم بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ

“Jika mereka menangkapmu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagi-mu lalu mereka melepaskan tangan dan lidahnya kepadamu dengan keburukan dan mereka ingin agar kamu (kembali) kafir.” [Al Mumtahanah : 2]

Maka sangatlah aneh kalau ada diantara kita yang bersikap kepada mereka seolah kepada teman, seperti berkelakar, bercanda dan tertawa riang bersama. Padahal yang rukhshah hanyalah sekedar tersenyum yang dipaksakan kepada musuh yang menguasai, sebagaimana ucapan sebagian salaf: “Sesungguhnya kami tersenyum (yang dipaksakan) di hadapan mereka sedangkan hati kami melaknat mereka.” Dimana mereka itu saat menguasai diri kita, mereka tidak akan mengindahkan tali kekerabatan, atau tali perjanjian atau tali kemanusiaan, dimana harga diri dan kehormatan kita dihinakan, fisik disiksa dan keyakinanpun dilecehkan, juga mereka tidak menaruh belas kasihan kepada balita dan wanita dan bahkan kepada lansia. Inilah cerminan firman Allah ta’ala:
كَيْفَ وَإِن يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ لاَ يَرْقُبُواْ فِيكُمْ إِلاًّ وَلاَ ذِمَّةً

“Bagaimana mungkin (ada perjanjian demikian), padahal jika mereka memperoleh kemenangan atas kalian, mereka tidak mengindahkan hubungan kekerabatan dengan kalian dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian.” [At Taubah : 8]

juga firman-Nya ta’ala:
لاَ يَرْقُبُونَ فِي مُؤْمِنٍ إِلاًّ وَلاَ ذِمَّةً وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُعْتَدُونَ

“Mereka tidak mengindahkan hubungan kekerabatan dengan orang mu’min dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” [At Taubah : 10]

Maka peliharalah kebencian dan rasa permusuhan yang ada dihati kita terhadap mereka, karena itu adalah pokok ketauhidan dan modal masuk surga. Raasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
أوثق عرى الإمان الْحُبُّ فِي اللَّهِ وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ

“Ikatan iman yang paling kokoh adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” [HR Ahmad]

Hindarilah pemberian mereka yang diluar batas kewajaran, seperti hadiah, tunjangan buat keluarga atau santunan modal, karena hal itu bisa menimbulkan rasa simpati dan kedekatan hati kita kepada mereka yang secara pasti bisa melenyapkan rasa kebencian dan rasa permusuhan, sebab pemberian hadiah itu adalah mematikan permusuhan dan menghidupkan kecintaan, sebagaimana sabdanya:
تهادوا تحابوا

“Salinglah kalian memberikan hadiah, tentu kalian akan saling mencintai.” [Hadits hasan riwayat Al Bukhari di dalam Al Adab Al Mufrid dan Abu Ya’la]

Ketahuilah ikhwan… bahwa bumi ini milik Allah ta’ala dan semua makhluk adalah ciptaan dan hamba Allah ta’ala, baik yang mu’min maupun yang kafir. Allah ta’ala membenci kekafiran dan orangnya dan andaikata Dia mau tentu mudah bagi Dia untuk membinasakan mereka semua, namun Dia ta’ala ingin menguji kita dengan sikap mereka, sebagaimana firman-Nya ta’ala:
وَلَوْ يَشَاء اللَّهُ لَانتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِن لِّيَبْلُوَ بَعْضَكُم بِبَعْض

“dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kalian satu sama lain.” [Muhammad : 4]

Maka bersabarlah terhadap segala kesulitan di dalam mempertahankan tauhid, dan bersabarlah terhadap jauh dan panjangnya jalan tauhid dan jihad ini, dan sabarlah terhadap sedikitnya kawan dan banyaknya lawan. Jangan terpesona dengan keleluasaan orang-orang kafir di dunia ini:
لاَ يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُواْ فِي الْبِلاَدِ، مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

“Jangan sekali-kali kamu terpedaya oleh keleluasaan orang-orang kafir (bergerak) di seluruh negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka jahannam. (Jahannam) itu seburuk-buruknya tempat tinggal.” [Ali Imran : 196-197]

Karena memang dunia adalah surga buat melampiaskan apa yang mereka inginkan, dan penjara pengekang hawa nafsu bagi orang mu’min, sebagaimana sabdanya:
الدنياسجن المؤمن وجنة الكافر

“Dunia adalah penjara orang mu’min dan surga orang kafir.” [HR Muslim]

Oleh karena dia melampiaskan segala keinginannya di surga dunianya ini, maka kelak dia dipenjarakan segalanya di neraka jahannam, sebagaimana firman-Nya:
وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرً

“Dan Kami jadikan jahannam itu sebagai penjara bagi orang-orang kafir.” [Al Isra : 8]

Dan sebaliknya, karena orang mu’min memenjarakan hawa nafsu dan keinginannya di dunia ini dengan batasan ajaran Allah ta’ala, maka kelak Allah ta’ala masukkan dia ke surga-Nya untuk mencapai segala yang diinginkannya:
الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ، ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ، يُطَافُ عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan.” Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya.” [Az Zukhruf : 69-71]

Ini Allah ta’ala berikan sebagai balasan atas kesabaran orang mu’min di dunia dalam memegang prinsip Al Haq:
وَجَزَاهُم بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا

“Dan Dia membalas mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutra.” [Al Insan : 12]

Bersabarlah dan berharaplah kepada Allah serta memelaslah kepada-Nya dengan doa, dzikir dan ketaatan. Mintalah kepada-Nya keteguhan dan peneguhan dengan banyak mengucapkan doa:
اللهم يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ ويا مصرف القلوب صرِّ قلبي عَلَى طاعتك وطاعة رسولك

“Ya Allah, wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati hamba di atas agama-Mu, dan wahai Dzat Yang Memalingkan hati, palingkanlah hati hamba kepada ketaatan kepada-Mu dan ketaatan kepada Rasul-Mu.”

Ketahuilah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-hamba-Nya yang saleh.

Jangan engkau takut kepada thaghut dan bala tentaranya, karena manfaat dan madlarat hanyalah di Tangan Allah ta’ala. Mereka itu adalah syaitan-syaitan manusia yang menakut-nakuti kita dengan bala tentara dan algojonya, maka bersandarlah kepada Allah ta’ala dan jangan takut kepada mereka:
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءهُ فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya mereka hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kalian) dengan teman-teman setianya, karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian orang-orang beriman.” [Ali Imran : 175]

Karena mereka tidak bakal bisa mendatangkan bahaya dan madlarat selagi Allah ta’ala tidak menghendakinya walaupun kita tetap teguh dan mempertahankan prinsip di hadapan mereka, sebagaimana mereka tidak bisa mendatangkan manfaat kepada kita walaupun kita memelas kepada mereka dengan penyesalan dan penanggalan prinsip bila Allah tidak menghendakinya, karena ketentuan sudah Allah ta’ala tetapkan namun kita tidak mengetahuinya sedangkan kita tidak diperintahkan untuk mengikuti apa yang tidak kita ketahui, tapi Allah ta’ala telah memerintahkan kita untuk mengikuti apa yang kita ketahui atau yang mungkin kita ketahui yaitu syari’at-Nya. Di mana ilmu itu ada dua, yaitu: ilmu yang tidak diketahui yaitu taqdir, maka ini harus diimani, dan yang lain adalah ilmu yang ada di hadapan kita yaitu syari’atNya, maka ini harus diikuti.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berkata:
واعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطئك وما أخطئك لم يكن ليصيبك وأعلم أن النصر مع الصبر وأن الفرج مع الكرب وأن مع العسر يسرا

“Ketahuilah bahwa apa yang (ditaqdirkan) menimpamu tidaklah mungkin meleset darimu, dan bahwa apa yang (ditaqdirkan) meleset darimu tidaklah mungkin menimpamu. Dan ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran dan bahwa kebebasan itu bersama kesulitan serta bahwa bersama kesukaran itu ada kemudahan.” [lanjutan hadits Ibnu ‘Abbas di dalam Al Arba’in An Nawawiyyah]

Bersabarlah….karena kita semua sedang diuji:
شكى إليّ جملي طول الثرى صبر حميل كلانا مبتلى

Untaku mengeluh kepadaku panjangnya perjalanan

(Kukatakan): Kesabaran yang baik, semua kita dapat ujian

Sekarang adalah saatnya bagi semua untuk muhasabah apa yang telah dilakukan kemarin, apa yang kurang? Apa yang harus dibenahi? Setiap masukan dan kritikan dari berbagai pihak harus di dengar, yang baik kita terima dari manapun walaupun tujuan si pengkritik itu hanya ingin mempermalukan kita di hadapan khalayak, karena masalah buruknya niat adalah urusan dia dengan Allah ta’ala, namun kewajiban kita adalah mengamalkan kebenaran sesuai dengan batas maksimal kemampuan yang kita miliki, sedangkan kesalahan adalah hal yang biasa terjadi pada setiap orang yang berbuat supaya dilakukan perbaikan untuk kedepannya, namun yang tercela adalah orang yang hanya pandai berkomentar dan menyalahkan tanpa mau berbuat atau minimal membantu meringankan beban orang yang mau berbuat dengan menyantuni keluarganya atau hal lainnya..

Semoga Allah ta’ala memberikan kesabaran dan istiqamah kepada semua orang-orang yang bertauhid di mana saja mereka berada ….
وصلى الله على محمد وآله وصحبه أجمعين وآخر دعوانا ان الحمد لله رب العالمين

26 Sya’ban 1431 H

Abu Sulaiman

Komentar

Postingan Populer